4 Bulan Nganggur Pasca PPG SM-3T, Saya Ngapain Aja?

Yang kepo ketauan... hahaha...
Tapi tak apalah, kali aja tulisan ini ada manfaatnya. Kan Nabi kita bilang orang yang paling sukses itu adalah orang yang bermanfaat bagi sesama.

Tapi perlu saya kasih tau diawal tulisan ini biar gak kecewa nantinya setelah selesai baca. Tulisan ini bukan tentang saya yang akhirnya sukses and happily ever after gitu ya. Ini cuma sebatas sharing berharap memberi masukan ataupun yang bernilai manfaat walau tidak banyak.

Okeh, kalau mau masih lanjut, yuk simak....

Tepatnya akhir Februari, program pendidikan profesi guru (PPG) yang berdurasi 1 tahun itu akhirnya usai. Awal maret kami sudah harus meninggalkan asrama tempat kami bernaung  selama mengikuti pendidikan. Berat memang rasanya untuk beranjak dari tempat tersebut karena beberapa faktor. 

Pertama, karena memang ada rasa nyaman dan keengganan untuk melepas semuanya. Gimana tidak, semua difasilitasi dengan gratis, mulai dari tempat tinggal dengan fasilitas standard yang gratis, makan yang gratis, akses wifi gratis, dan hal-hal gratis lainnya.

Kedua, atmosfer persahabatan antar sesama peserta program yang begitu solid hingga terasa berat untuk berpisah. 

Tujuan selanjutnya yang masih blur (samar-samar). Ini dia penyebab terbesar yang menggalaukan. Karena jika ditimbang-timbang serba sulit. Jika harus tetap bertahan di kota ini tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit baik papan juga pangan didukung dengan status yang sering buat orang alergi untuk mendengarnya "pengangguran". Karena alasan itu akhirnya banyak rekan lain memutuskan untuk pulang ke kampung masing-masing meski itu bukan bisikan sepenuh hati.

Saya sendiri sebenarnya tidak begitu galau masalah tempat tinggal, karena memang orang tua sudah tinggal di kota ini sejak beberapa tahun lalu, tepatnya bersama kakak saya yang sudah menetap di kota ini. 

Ya mau tidak mau, saya akhirnya back home setelah beberapa kali diultimatum oleh bapak asrama karena beberapa dari kami yang tidak kunjung menunjukkan niat untuk beranjak dari asrama.

Awalnya saya cukup otimis akan dengan mudah dapat kerja berdasarkan pengalaman saat baru menyelesaikan study S1 dulu. Beberapa setelah menetap dengan orang tua saya mulai mengirinkan lamaran kerja ke lembaga pendidikan yang sedang buka lowongan.

Singakat cerita, beberapa hari setelah surat lamaran dilayangkan, panggilan untuk beberap rangkaian tes pun datang dan saya lalui satu persatu. Namun setelah beberapa kali tes di beberapa lembaga berbeda tak satupun yang akhirnyaberterima dengan baik. Beberapa memang tidak menerima (tidak lolos seleksi), beberapa saya yang menolak karena tidak sesuai dengan TOS (term of service) heheh.. misalnya harus kontrak sekian lama, harus ini, harus itu... begitulah hingga akhirnya saya bosan sendiri setelah setiap hari pergi tes kerja dalam beberap minggu.

Terhitung sejak awal maret hingga saat ini (akhir Juni) bisa dikatakan saya menganggur meski sempat mengajar tambahan di sekolah SMP Maria Program persiapan UN tapi itupun tidak berlangsung lama karena sifatnya temporal dan managemen yang menaungi kami ternyata tidak profesional.

Menurut sobat waktu 4 bulan itu lama apa singkat?
Itu pertanyaan yang sifatnya relatif. Namun bagi saya diawal-awal itu sangatlah lama. bagaimana tidak, setiap harinya hanya dikamar, sendiri tanpa tau apa yang harus dilakukan. 

Beberapa minggu berlalu tanpa kegiatan membuat pikiran jadi kalut. Hari-hari hanya berupa penantian jadwal tes CPNS yang sempat bergaung saat setelah selesai pendidikan dan karena alasan itulah menolak setiap tawaran kerja yang mensyaratkan ikatan. Namun kabar itu makin hari makin kabur, dari satu bulan jadi dua bulan lagi dan terus begitu hingga kabar itu seolah kabur. 

Dari kegelisahan itu saya coba mencaricari sisi sisi postif dari keadaan yang terasa ganjil. Sebelumnya saat baru menyelesaikan S1 tawaran kerja itu banyak, bahkan saya sempat pindah-pindah lembaga dengan mudah. Namun saat bertolak belakang dengan keadaan saat setelah menyandar gelar yang terdengar aneh itu. Entah apa yang salah saya pun tidak paham.

Karena bosan yang seamakin hari semakin menyiksa saya mencoba-coba cari kegiatan lain meski hanya untuk mengisi kekosongan.

Awalnya saya mengisi waktu dengan berkebun di halam depan, membersihkan taman, merawat, dan lainnya. Cukup menghibur ternyata dan ampuh mengalihkan perhatian. Kata-kata bijak yang pernah saya baca di salah satu buku motivasi sahabat saya ternyata benar adanya
"Semakin banyak waktu luang seseorang, semakin resah jiwanya"

............................................to be continued................ Ngantuk.. see u

G+

Related Posts: