Ingin Ikut SM-3T? Baca Ini Dulu

Terpaksa pulang malam karena hujan lebat
bersama kepsek (Pak Johnson-loreng) dan warga
Mengingat open rekrutmen SM3T angkatan VI akan segera bergulir saya tertarik untuk berbagi kisah sebagai bahan rujukan ataupun referensi bagi teman-teman yang berencana ikut mencoba peruntungan dalam perhelatan akbar program Kementerian Pendidikan Pusat ini. Mungkin sudah banyak tulisan terkait topik ini namun di sini saya akan mencoba memberikan gambaran real tentang pelaksanaan program ini berdasarkan pengalaman langsung di lapangan .
Sebagai salah satu sesepuh (nuansa Tutur Tinular), atau dedengkot (lha malah kaya criminal), kita pakai istilah ‘senior’ aja deh biar terkesan akademis dan intelektual, sebagai seorang senior tentu sedikit banyaknya bisa memberikan gambaran pelaksanaan program yang digadang-gadang akan menjadi ujung tombak pembangunan Indonesia melalui pembangunan SDM secara merata diseluruh penjuru Nusantara.
Jalan menuju sekolah
(Aspal Kuning Keungu-unguan)
Program ini diluncurkan pertama kali oleh mentri pendidikan dan kebudayaan, Mohammad Nuh pada tanggal 19 Oktober 2011. Saya menilai program ini efektif untuk mengatasi pemerataan pendidikan hingga pelosok negeri yang selama ini terabaikan. Dari program ini kita bisa tahu betapa banyak saudara kita di pinggiran sana yang tercatat resmi sebagai warga Negara Indonesia namun jauh dari kata merdeka dalam hal pemenuhan hak pendidikan mereka sebagaimana tertuang dalam pasal 31 UUD’45.
Terlepas dari retorika diatas kembali kita ke topik awal “Kelebihan Ikut SM3T?”, Oke saya akan paparkan berdasarkan pandangan pribadi saya sendiri yang tentunya nanti bersifat relatif dan mungkin akan berbeda dengan pendangan peserta lainnya. Baiklah langsung saja, Let’s cekidot!!
Pertama, program yang diperuntukkan khusus bagi lulusan S.1 pendidikan ini merupakan jembatan bagi mereka yang memang berniat untuk menjadi pendidik (baca: guru)sebenarnya karena sesuai dengan permendikbud No 87 tahun 2013 dinyatakn bahwa seorang pendidik yang ingin menjadi guru harus terlebih dahulu memiliki sertifikat pendidik, sebagaimana kita ketahui beberapa tahun belakangan ini untuk akta IV telah ditiadakan bagi lulusan S.1 kependidikan. Meskipun sebenarnya ada jalur lain yang bisa ditempuh untuk mendapatkan sertifikat tersebut seperti ikut program PPG yang diselenggarakan
oleh pihak LPTK secara mandiri, artinya peserta membiayai sendiri pendidikan tersebut dan untuk saat ini biayanya masuk kategori mahal, disamping biaya, PPG umum juga belum tersedia untuk semua jurusan. Oleh karena itu bagi kita yang masih muda dan semangat mengembara yang masih tinggi alangkah tepatnya program ini untuk mewadahi fantasi membolang yang kita miliki.
Saat tiba di Bandara Supadio Pontianak
Kedua, menikmati wisata pendidikan dan budaya gratis. Bagaimana tidak, kita yang baru saja keluar dari dunia kampus bisa langsung menikmati tour yang semuanya free of charge alias gratis segratis-gratisnya, malah dibayar lagi. Yang sebelumnya punya cita-cita naik pesawat namun tak kunjung kesampaian (miris memang…haha) dengan ikut program ini semua jadi kenyataan (senangnya….^_^). Bahkan bisa sampai gonta ganti 3 pesawat 4 bandara sekali jalan (kaya’ tema tour konser Noah ya), lha memang iya, gimana tidak orang yang asalnya dari Aceh di tempatkankan di Merauke (lagu waktu SD itu bisa jadi kenyataan-Dari Sabang Sampai Merauke-red).
Musim Hujan (Rekan se-team/Mr. Hery )
Dengan program ini kita bisa saksikan kondisi pendidikan Indonesia sesungguhnya. Jika di perkotaan kita hanya disibukkan dengan masalah anak didik yang tidak memasukkan baju ke dalam celana (ujung bajunya aja ya, bukan keseluruhan) maka disinilah kita temukan boro boro mau keluarin baju, bahkan baju itu betul yang gak ada (di beberapa wilayah). Selain itu kita senantiasa dituntut untuk kreatif dan inovatif memanfaatkan apa yang ada untuk menunjang dan menjamin proses pembelajaran berjalan dengan semestinya.
Kegiatan sore hari saat nginap di sekolah
Untuk yang hobby petualangan, program ini seolah jadi surga baginya, dengan biaya minim bisa mengeksplor wilayah Indonesia yang jauh dan luas  bahkan yang sebelumnya anak rumahan akhirnya jadi adventure sejati yang tidak bisa berdiam diri di daerah penempatannya (macam Dora the Explorer). Selain itu kita bisa mengenal daerah yang kemungkinan tidak akan pernah kita jamah jika bukan karena program ini, misal saya yang tidak pernah kepikiran akan pernah menjejak bumi Borneo, akhirnya bisa mengenal daerah bahkan wilayah pedalaman dan berbaur dengan masyarakat dari etnik asli Kalimantan yang selama ini hanya dikenal lewat buku-buku pelajaran. Berkenalan dengan orang-orang baru juga dengan budaya dan kebiasaan yang baru itu sangatlah menyenangkan.
Jadi instruktur Pramuka dadakan

Ketiga, melatih mental dan jiwa sosial. Jika selama ini (semasa kuliah) kita hanya sibuk dengan kehidupan sendiri bahkan tidak sedikit yang masih bernaung dibawah lindungan yayasan bunda, jadi anak manja, dengan ikut program ini kita dituntut untuk bisa mengurusi diri sendiri bahkan orang lain. Di lingkungan yang serba terbatas kita dituntut untuk bisa bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (lha! emang zaman pra-sejarah?), ya nggak segitunya juga kali tapi paling tidak dilatih mandiri dan tegar menghadapi kesulitan. Disamping itu juga kedatangan kita disambut masyarakat  bukan hanya sebagai guru namun juga sebagai pahlawan (teng..treeeng…kesiangan) tuntutannya akan lebih sekedar jadi guru, kita dituntut untuk bisa jadi motivator, pembuat kebijakan, pemecah masalah, juga bisa jadi sebagai penghibur (bukan wanita/pria penghibur tentunya).
Menyeberangi Sungai Kapuas
(Bersama Kepsek SMP 7 Sanggau/Pak Lakir)
Keempat, menumbuhkan jiwa patriot dan cinta tanah air. Tak sedikit alumni program ini setelah pulang dari pengabdian kejiwaannya berubah (bukan sakit jiwa ya..) maksudnya kepekaan akan nasib bangsa, terutama ranah pendidikan, semakin sensitif. Hal ini bisa dilihat dari euphoria yang luar biasa dalam menyambut program lanjutan yakni Guru Garis Depan (GGD) bagi yang telah menyelesaikan pendidikan profesi, meski daerah sasaran yang ditawarkan pemerintah bukanlah wilayah yang mudah baik dari segi geografis juga demografis (istilah anyar) bahkan untuk mencari posisi tepatnya di Google map juga bukan perkara mudah.
Kelima, mendapat keluarga baru yang hanya dihubungkan pertalian darah lewat nabi Adam (jauh banget ya). Tapi kenyataannya hubungan itu sangatlah erat, tidak jarang para peserta diangkat jadi anak angkat oleh satu keluarga di daerah sasaran dan diakui dalam masyarakat secara de facto dan de jure (ini istilah apa lagi ini?). Misalkan saja saya bisa dipastikan tidak akan hilang atau kelaparan jika diminta pergi ke Kalimantan karena di sana telah banyak orang-orang baik yang sudah seperti keluarga sendiri. Perbedaan agama dan budaya tidak jadi batasan kehangatan hubungan kekeluargaan diantara peserta dengan masyarakat. Realisasi semboyan Bhineka Tunggal Ika yang dulu kita hafal saat SD begitu jelas di tergambar dalam suasana ini
Kelima, memuluskan jalan bagi mereka yang berniat jadi Abdi Negara. Tidak dipungkiri, menjadi abdi Negara atau Aparatur Sipil Negara (terserah apa istilahnya) belakangan ini telah menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia, entah karena memang kesejahteraan untuk posisi ini dinilai menjanjikan atau justru karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di luaran sana. Tiap tahunnya gelombang peserta tes CPNS umum sungguh mencengangkan dan senantiasa meningkat drastis dari tahun ke tahun. Tidak seimbangnya peserta tes dengan jumlah formasi yang disediakan pemerintah menyebabkan tingkat persaingan yang sangat ketat ditambah dengan terbukanya lowongan lintas daerah artinya setiap peserta bebas memilih daerah yang dianggapnya menarik dan potensial. Kondisi ini tentu membuat para pelamar harus berusaha ekstra untuk mendapatkan satu kursi yang disediakan pemerintah dan pasti sangatlah sulit meski bukan sebuah ketidakmungkinan.
Nah, dengan ikut program ini nantinya setelah selesai pengabdian di daerah 3T akan diberikan pendidikan profesi gratis hingga mendapatkan sertifkat pendidik dan dilanjutkan dengan program Guru Garis Depan bersatus ASN/PNS bagi yang berminat yang hanya diperuntukkan khusus bagi mereka yang telah memiliki sertifikat PPG SM3T. Dengan dibatasinya hak akses tersebut tentu akan memperbesar peluang untuk bisa lolos jadi  ASN/PNS yang diimpikan meski harus bersedia ditempatkan di daerah 3T.

Meski dokumentasinya terlihat ekstrim namun pengalamannya seru teman. Sengaja hanya bagian yang menantangnya yang ditampilkan, kalau yang senang-senang kan udah biasa, heheee...
Jika memang tertarik ikut, luruskan niat, bulatkan tekad, anggap saja liburan pasti nikmat....
Kapan lagi kalau bukan sekarang??

Mungkin demikian yang bisa saya paparkan untuk sementara ini, nanti kalau ada lagi saya tambahkan atau ada teman pembaca yang merasa memiliki cerita/kesan lainnya silakan tulis di kolom komentar. Thanks.

NB: Mohon do'a sahabat semua supaya penulis lolos nantinya dalam seleksi GGD tahap II, hehe....

Related Posts: