Terpaksa pulang malam karena hujan lebat bersama kepsek (Pak Johnson-loreng) dan warga |
Sebagai salah satu sesepuh (nuansa Tutur Tinular), atau dedengkot (lha malah kaya criminal), kita pakai istilah ‘senior’ aja deh biar terkesan akademis dan intelektual, sebagai seorang senior tentu sedikit banyaknya bisa memberikan gambaran pelaksanaan program yang digadang-gadang akan menjadi ujung tombak pembangunan Indonesia melalui pembangunan SDM secara merata diseluruh penjuru Nusantara.
Jalan menuju sekolah (Aspal Kuning Keungu-unguan) |
Terlepas dari retorika diatas kembali kita ke topik awal “Kelebihan Ikut SM3T?”, Oke saya akan paparkan berdasarkan pandangan pribadi saya sendiri yang tentunya nanti bersifat relatif dan mungkin akan berbeda dengan pendangan peserta lainnya. Baiklah langsung saja, Let’s cekidot!!
Pertama, program yang diperuntukkan khusus bagi lulusan S.1 pendidikan ini merupakan jembatan bagi mereka yang memang berniat untuk menjadi pendidik (baca: guru)sebenarnya karena sesuai dengan permendikbud No 87 tahun 2013 dinyatakn bahwa seorang pendidik yang ingin menjadi guru harus terlebih dahulu memiliki sertifikat pendidik, sebagaimana kita ketahui beberapa tahun belakangan ini untuk akta IV telah ditiadakan bagi lulusan S.1 kependidikan. Meskipun sebenarnya ada jalur lain yang bisa ditempuh untuk mendapatkan sertifikat tersebut seperti ikut program PPG yang diselenggarakan
Saat tiba di Bandara Supadio Pontianak |
Musim Hujan (Rekan se-team/Mr. Hery ) |
Kegiatan sore hari saat nginap di sekolah |
Jadi instruktur Pramuka dadakan |
Ketiga, melatih mental dan jiwa sosial. Jika selama ini (semasa kuliah) kita hanya sibuk dengan kehidupan sendiri bahkan tidak sedikit yang masih bernaung dibawah lindungan yayasan bunda, jadi anak manja, dengan ikut program ini kita dituntut untuk bisa mengurusi diri sendiri bahkan orang lain. Di lingkungan yang serba terbatas kita dituntut untuk bisa bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (lha! emang zaman pra-sejarah?), ya nggak segitunya juga kali tapi paling tidak dilatih mandiri dan tegar menghadapi kesulitan. Disamping itu juga kedatangan kita disambut masyarakat bukan hanya sebagai guru namun juga sebagai pahlawan (teng..treeeng…kesiangan) tuntutannya akan lebih sekedar jadi guru, kita dituntut untuk bisa jadi motivator, pembuat kebijakan, pemecah masalah, juga bisa jadi sebagai penghibur (bukan wanita/pria penghibur tentunya).
Menyeberangi Sungai Kapuas (Bersama Kepsek SMP 7 Sanggau/Pak Lakir) |
Kelima, mendapat keluarga baru yang hanya dihubungkan pertalian darah lewat nabi Adam (jauh banget ya). Tapi kenyataannya hubungan itu sangatlah erat, tidak jarang para peserta diangkat jadi anak angkat oleh satu keluarga di daerah sasaran dan diakui dalam masyarakat secara de facto dan de jure (ini istilah apa lagi ini?). Misalkan saja saya bisa dipastikan tidak akan hilang atau kelaparan jika diminta pergi ke Kalimantan karena di sana telah banyak orang-orang baik yang sudah seperti keluarga sendiri. Perbedaan agama dan budaya tidak jadi batasan kehangatan hubungan kekeluargaan diantara peserta dengan masyarakat. Realisasi semboyan Bhineka Tunggal Ika yang dulu kita hafal saat SD begitu jelas di tergambar dalam suasana ini
Kelima, memuluskan jalan bagi mereka yang berniat jadi Abdi Negara. Tidak dipungkiri, menjadi abdi Negara atau Aparatur Sipil Negara (terserah apa istilahnya) belakangan ini telah menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia, entah karena memang kesejahteraan untuk posisi ini dinilai menjanjikan atau justru karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di luaran sana. Tiap tahunnya gelombang peserta tes CPNS umum sungguh mencengangkan dan senantiasa meningkat drastis dari tahun ke tahun. Tidak seimbangnya peserta tes dengan jumlah formasi yang disediakan pemerintah menyebabkan tingkat persaingan yang sangat ketat ditambah dengan terbukanya lowongan lintas daerah artinya setiap peserta bebas memilih daerah yang dianggapnya menarik dan potensial. Kondisi ini tentu membuat para pelamar harus berusaha ekstra untuk mendapatkan satu kursi yang disediakan pemerintah dan pasti sangatlah sulit meski bukan sebuah ketidakmungkinan.
Nah, dengan ikut program ini nantinya setelah selesai pengabdian di daerah 3T akan diberikan pendidikan profesi gratis hingga mendapatkan sertifkat pendidik dan dilanjutkan dengan program Guru Garis Depan bersatus ASN/PNS bagi yang berminat yang hanya diperuntukkan khusus bagi mereka yang telah memiliki sertifikat PPG SM3T. Dengan dibatasinya hak akses tersebut tentu akan memperbesar peluang untuk bisa lolos jadi ASN/PNS yang diimpikan meski harus bersedia ditempatkan di daerah 3T.
Meski dokumentasinya terlihat ekstrim namun pengalamannya seru teman. Sengaja hanya bagian yang menantangnya yang ditampilkan, kalau yang senang-senang kan udah biasa, heheee...
Jika memang tertarik ikut, luruskan niat, bulatkan tekad, anggap saja liburan pasti nikmat....
Kapan lagi kalau bukan sekarang??
Meski dokumentasinya terlihat ekstrim namun pengalamannya seru teman. Sengaja hanya bagian yang menantangnya yang ditampilkan, kalau yang senang-senang kan udah biasa, heheee...
Jika memang tertarik ikut, luruskan niat, bulatkan tekad, anggap saja liburan pasti nikmat....
Kapan lagi kalau bukan sekarang??
Mungkin demikian yang bisa saya paparkan untuk sementara ini, nanti kalau ada lagi saya tambahkan atau ada teman pembaca yang merasa memiliki cerita/kesan lainnya silakan tulis di kolom komentar. Thanks.
Baca juga: Asam Garam SM-3T Hingga PPG