Asam Garam SM-3T Hingga PPG

Fg: Hery Sutrisno
Jujur saja saya juga sudah lupa kenapa bisa smpai ikut program ini, entah informasi dari kawan atau saya dapat info dari website universitas. Awalnya s saya tidak begitu tertarik dengan program ini, saya hanya ikut mendaftar saja karena memang daftarnya lewat online, scan dokumen trus upload udah selesai, gak pake ribet. Kebetulan juga waktu itu saya sedang bekerja sebagai instruktur  disalah satu lembaga pendidikan di kota padang.
Saya mulai cari-cari informasi setelah dinyatakan lulus administrasi dan dijadwalkan untuk ikut tes online. Saya browsing di internet dan juga menghubungi teman saya (tepatnya senior waktu di SMA) yang belakangan saya tahu dia sedang ikut program tersebut. Awalnya sempat juga ciut nyali saat melihat daftar daerah penempatan karena perantauan saya yang terjauh sampai saat itu hanyalah kota Padang, tempat kuliah. Setelah menimbang-nimbang dengan berbekal informasi yang telah di dapatkan plus pendapat dari orang tua serta kakak akhirnya saya putuskan tuk ikut.
Sebelum hari H (tes online) saya sempatkan untuk baca-baca buku psikotest (supaya terkesan serius). Di hari H tersebut saya tidak menemukan teman satu angkatan (jurusan) alias tidak ada yang kenal (apa cuma saya yang berminat disini???). kebanyakan pesertanya waktu itu adalah lulusan dari universitas lain (swasta). Tapi ya sudahlah, kepalang tanggung, udah telanjur di mulut buaya, eehhh… pintu maksudnya, saya pun masuk dan mengikuti tes online hingga selesai yang menurut saya waktu itu level kesulitannya tidak begitu tinggi. Saya bermain plong, karena tidak ada beban, mau lulus boleh, tidak pun tidak apa, toh saya ada kerjaan begitu pikiran waktu itu.
Berselang lebih kurang 2 minggu (lupa pastinya) pengumuman hasil tes online pun keluar di website resmi universitas dan nama saya terpampang di antara deretan nama lainnya. Di bawah nama-nama tersebut dicantumkan juga jadwal tes wawancara selanjutnya yang merupakan tes terakhir yang jadi penentu kelulusan akhir. Tes wawancara diadakan di gedung kuliah jurusan olahraga dalam suasana bulan puasa Ramadhan kala itu. Karena jadwal serentak kelihatanlah seluruh peserta yang akan bertarung untuk mendapatkan tiket menuju pedalaman Indonesia. Lumayan banyak juga ternyata peminatnya meski dari sekian ratus orang tersebut hanya beberapa yang bisa saya kenali. Waktu itu program ini tidaklah se primadona saat ini, bahkan saya sempat dibully teman satu kelas kuliah di acara buka bareng  sebelum keberangkatan ke daerah penempatan.
Pemawawancara saya waktu itu adalah dosen Bahasa Indonesia yang tidak lain jurusan tetangga saya waktu uliah S1. Saya tidak kenal bapak tersebut, kenal wajah mungkin pernah bertemu, begitu juga bapak itu sama sekali tidak kenal dengan saya (maklum, anti popularitas, heeee). Dengan melihat CV saya bapak tersebut tahu saya alumni universitas tempatnya mengabdi, tidak banyak yang ditanyakannya, yang saya ingat waktu itu dia hanya menanyakan apakah saya pandai berenang, spontan aja saya jawab bisa!! (gaya batu). Tidak lebih 10 menit saya udah dipersilakan kembali, artinya wawancara udah kelar. Saya sempat curiga juga ada apa ini? Pertanda baik atau buruk? Soalnya beberapa peserta yang kebagian wawancara dengan bapak yang sama cukup memakan waktu lama. Ya sudahlah pasrah aja, mana yang datang berarti yang terbaik, gitu aja…
Seminggu setelahnya hasil akhir seleksi akhirnya diposting di halaman web universitas dan traaa…. Nama saya salah satunya…. Alhamdulillah…. (Bersambung)


Baca juga: Ingin Ikut SM-3T? Baca Ini Dulu



G+

Related Posts:

2 comments

harap bersabar pemirsah!! haha...
lun sempat lai ki...